Beberapa hari yang lalu, seorang teman dari luar kota mengunjungi saya di kota Bandung. Dia butuh istirahat dari penatnya pekerjaan yang ia geluti. Menyegarkan kepala dengan indahnya wisata alam di Bandung. Sebagai seorang teman, saya menawarkan beberapa lokasi wisata yang bisa ia kunjungi. Hingga akhirnya, lokasi yang dia pilih adalah kawasan wisata dago pakar, atau secara lebih spesifik ia memilih Curug Omas.
Menurut saya pribadi, curug omas tidaklah terlalu bagus, sebab di lokasi wisata tersebut kita sama sekali tidak akan bisa cukup dekat dengan curug. Kita tidak akan bisa bermain-main di bawah air terjun ataupun sekedar menikmati dinginnya air di sungai. Lokasinya pun cukup jauh jika kita masuk melalui Dago Pakar. Namun begitulah, dengan jiwa yang berkobar laksana seorang pendaki, kami siap datang ke Curug Omas meskipun dengan jarak yang jauh.
Curug Omas di Kawasan wisata Dago Pakar |
Rute Menuju Kawasan wisata Dago Pakar, Bandung
Dago pakar atau Taman Hutan Raya Ir H Djuanda merupakan salah satu lokasi wisata yang cukup dekat bagi saya. Dia terletak di jalan pakar kulon (Dago), tidak terlalu jauh dari Institut Teknologi Bandung (ITB). Dari jalan Setia Budhi, saya hanya membutuhkan waktu sekitar 25 menit saja untuk bisa kesana. Jika anda juga tertarik mengunjungi dago pakar, anda bisa menemukannya dengan mudah menggunakan google maps : Maps Dago Pakar
Maps Dago Pakar |
Kawasan wisata Dago Pakar memiliki beberapa pintu masuk. Saya pribadi mengetahui sekitar 3 pintu saja. Pintu pertama adalah pintu utama di gerbang depan, dekat gapura besar bertuliskan "Taman Hutan Raya Ir. H. DJuanda". Dengan masuk melalui pintu ini, kita akan jadi lebih dekat dengan beberapa fasilitas seperti, arena bermain, patung Djuanda, museum djuanda, mushola, danau, dan taman-taman yang indah. Pintu kedua adalah gerbang biasa yang hanya dijaga oleh petugas. Sementara pintu ketiga adalah gerbang belakang dekat dengan museum juanda. Dahulu, Pintu masuk kedua memiliki keistimewaan, sebab kita bisa membawa kendaraan masuk kedalam lokasi wisata. Hal tersebut tentu menguntungkan, sebab Goa belanda dan Curug-Curug di Dago Pakar berjarak cukup jauh dari pintu masuk. Kita bisa sedikit menghemat tenaga. Namun sekarang, sangat disayangkan, kendaraan-kendaraan tersebut harus tetap di parkir.
Harga tiket masuk kawasan wisata Dago Pakar, Bandung
Harga tiket masuk kawasan wisata Dago Pakar lumayan murah. Ketika kami berdua datang menggunakan sepeda motor, biaya yang harus kami keluarkan untuk masuk ke kawasan wisata ini adalah Rp 30.000. Hanya saja, saya sedikit kurang memahami dengan rincian biaya nya, karena tampaknya ada sedikit selisih dengan pemahaman saya. Dari tiket yang kami pegang, kami bisa tahu bahwa harga tiket masuk adalah Rp 10.000 perorang. Asuransi adalah Rp 2.000 perorang. Sementara tanda tiket masuk kendaraan roda dua adalah Rp 5.000. Jadi, jika dijumlahkan, jumlah seharusnya yang kami bayar adalah Rp 29.000.
Tanda tiket masuk kendaraan roda dua bukanlah biaya parkir. Ketika saya bertanya apakah biaya Rp 30.000 sudah termasuk biaya parkir, mereka mengatakan "tidak". Parkir motor perlu di bayar kembali ketika kita pulang. Mereka mengatakan, biaya parkir adalah "seikhlasnya." Namun pada prakteknya, biaya parkir yang umum di bayarkan di parkir gerbang utama (pintu satu) adalah Rp. 2.000
Fasilitas yang bisa kita dapatkan di kawasan wisata Dago pakar sudah sangat lengkap. Disini tersedia cukup banyak mushola dan toilet. Lahan parkir sangat luas. Juga ada banyak sekali warung-warung jajanan yang tersebar di berbagai titik.
Hal yang bisa kita lakukan di Dago Pakar
Di kawasan wisata Dago pakar (Taman Hutan Raya Ir H Djuanda), Kita bisa menikmati beragam objek wisata. hal-hal yang bisa kita temukan di kawasan wisata ini adalah, hutan yang indah dengan pohon-pohon yang besar dan tinggi, taman hutan raya djuanda, arena bermain, museum, gua jepang, gua belanda, curug kidang, curug koleang, penangkaran rusa, batu batik, curug lalay, dan curug omas. Selain objek-objek tersebut, masih ada objek-objek wisata yang masuk ke dalam kawasan taman hutan raya Ir H Djuanda, yaitu Curug Dago dan batu prasati kerajaan Thailand di sekitar terminal Dago. Kemudian Tebing keraton di wilayah cihargem puncak.
Baca : Wisata alam tebing keraton, Bandung
Tanda tiket masuk kendaraan roda dua bukanlah biaya parkir. Ketika saya bertanya apakah biaya Rp 30.000 sudah termasuk biaya parkir, mereka mengatakan "tidak". Parkir motor perlu di bayar kembali ketika kita pulang. Mereka mengatakan, biaya parkir adalah "seikhlasnya." Namun pada prakteknya, biaya parkir yang umum di bayarkan di parkir gerbang utama (pintu satu) adalah Rp. 2.000
Tiket masuk kawasan wisata Dago Pakar |
Fasilitas yang bisa kita dapatkan di kawasan wisata Dago pakar sudah sangat lengkap. Disini tersedia cukup banyak mushola dan toilet. Lahan parkir sangat luas. Juga ada banyak sekali warung-warung jajanan yang tersebar di berbagai titik.
Hal yang bisa kita lakukan di Dago Pakar
Di kawasan wisata Dago pakar (Taman Hutan Raya Ir H Djuanda), Kita bisa menikmati beragam objek wisata. hal-hal yang bisa kita temukan di kawasan wisata ini adalah, hutan yang indah dengan pohon-pohon yang besar dan tinggi, taman hutan raya djuanda, arena bermain, museum, gua jepang, gua belanda, curug kidang, curug koleang, penangkaran rusa, batu batik, curug lalay, dan curug omas. Selain objek-objek tersebut, masih ada objek-objek wisata yang masuk ke dalam kawasan taman hutan raya Ir H Djuanda, yaitu Curug Dago dan batu prasati kerajaan Thailand di sekitar terminal Dago. Kemudian Tebing keraton di wilayah cihargem puncak.
Baca : Wisata alam tebing keraton, Bandung
Peta Kawasan wisata Dago Pakar, Bandung |
Baca : Berkunjung ke Gua Jepang dan Goa Belanda, Bandung
Gua Belanda di Kawasan Wisata dago pakar |
Kondisi Jalan Menuju Curug Omas |
Curug Omas di kawasan wisata Dago pakar - Maribaya |
Curug Omas di kawasan wisata Dago pakar - Maribaya |
Curug Omas di kawasan wisata Dago pakar - Maribaya |
Curug Omas di kawasan wisata Dago pakar - Maribaya |
Curug Omas di kawasan wisata Dago pakar - Maribaya |
Jadi keinget tahun 2010 juga pernah jalan kaki dari dago pakar ke maribaya. Kalo sekarang apa masih rame ya?
ReplyDelete